Dampak pandemi Covid-19 terhadap pendidikan perempuan

Dampak pandemi COVID-19 terhadap pendidikan perempuan mempunyai dampak yang signifikan di seluruh dunia. Selama bertahun-tahun, kesenjangan pendidikan antara anak laki-laki dan perempuan telah menjadi isu yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk norma sosial yang menekankan peran tradisional gender dan diskriminasi terhadap perempuan dalam sistem pendidikan.[1]

Data dari tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat 130 juta anak perempuan di seluruh dunia yang tidak bersekolah dan hanya dua dari tiga anak perempuan yang menempuh pendidikan menengah. Jika dilihat dari data ini saja, kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan perempuan sudah dalam keadaan yang rentan sebelum pandemi COVID-19. Namun, pandemi ini jelas memperburuk situasi tersebut.[2]

Selama pandemi COVID-19, banyak sekolah di seluruh dunia telah ditutup untuk mencegah penyebaran virus. Ini berdampak pada akses pendidikan bagi anak-anak, terutama anak perempuan. Anak-anak yang tidak dapat mengakses pembelajaran online dan tidak mampu menghadiri kelas dalam bentuk tatap muka lebih terancam kehilangan akses pendidikan. Lebih dari 11 juta anak perempuan di seluruh dunia saat ini terancam kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan mereka karena pandemi.[3]

Selain itu, akses terhadap teknologi seperti internet masih menjadi kendala bagi banyak anak perempuan, terutama mereka yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil. Hal ini dapat memperburuk ketidaksetaraan dalam pendidikan karena anak perempuan yang tidak memiliki akses internet lebih sulit untuk mengakses sumber daya pendidikan yang dibutuhkan untuk belajar.

Oleh karena itu, ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk memperhatikan isu ini dan menemukan solusi yang dapat memastikan bahwa anak perempuan dapat terus melanjutkan pendidikan mereka selama pandemi ini. Solusi yang mungkin termasuk memberikan akses internet dan perangkat lunak pembelajaran online bagi anak-anak yang membutuhkan, mengadopsi strategi pembelajaran jarak jauh yang mempertimbangkan kebutuhan anak perempuan, dan memastikan bahwa anak perempuan memiliki akses yang sama dengan anak laki-laki terhadap sumber daya pendidikan. [4]

Perempuan di berbagai belahan dunia menghadapi beragam persoalan yang menghalangi mereka mengakses pendidikan. Hal ini termasuk dengan ketidaksetaraan gender. Yang menyebabkan pendidikan lebih terbuka bagi anak laki-laki, kekerasan seksual terhadap perempuan di sekolah, adanya pembatasan hak dan kesehatan seksual serta reproduski, pembatasan kebebasan bergerak remaja perempuan sejak masa pubertasnya, termasuk membatasi para perempuan dengan pekerjaan yang tidak dibayar atau rendah, dan pekerjaan domestik. Minimnya infrastruktur yang memadai, khususnya fasilitas sanitasi di sekolah, juga menjadi kendala utama bagi pendidikan mereka. [4]

Pendidikan, terutama pendidikan untuk anak perempuan sangat dipengaruhi oleh persoalan krisis ekonomi, politik, keamanan atau masalah kesehatan. Ini juga merupakan bagian penting dari solusi untuk rekonstruksi dan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan . [4]

  1. ^ Aristovnik, Aleksander; Keržič, Damijana; Ravšelj, Dejan; Tomaževič, Nina; Umek, Lan (2020-01). "Impacts of the COVID-19 Pandemic on Life of Higher Education Students: A Global Perspective". Sustainability (dalam bahasa Inggris). 12 (20): 8438. doi:10.3390/su12208438. ISSN 2071-1050. 
  2. ^ "Leaving no girl behind in education". UN Women – Headquarters (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-17. 
  3. ^ "The Challenges of Home Learning during the COVID-19 Pandemic | UNICEF Indonesia". www.unicef.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-17. 
  4. ^ a b c Beijing+25: generation equality begins with adolescent girls' education. France: Plan International France, French Ministry for Europe and Foreign Affairs and UNESCO. 2020. ISBN 978-92-3-100410-0. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search